Hari ini cukup beruntung untuk bisa bangun pagi dengan bersyukur akan rasanya angin pagi, walaupun cukup mendung, paginya aku habiskan dengan sebuah dendang yang amat sangat positif dan artinya patah hati dan juga melihat pandangan hidup dari sisi yang berbeda. Begini bunyi liriknya…

kau meragu saat aku memintamu tuk bersamaku
aku tahu kamu tak sendiri
ada dia yang di sana menunggu dirimu juga
namun bila aku bukan pilihanmu, dinda

cinta memang tak selalu memiliki
bukan aku tak mengapa bila kau pergi huuu
namun ku percaya kan ada saatnya di lain waktu
di lain waktu, bila engkau untukku kita kan bertemu huuu

cobalah dengar hatimu bicara
namun bila aku bukan pilihanmu, dinda hoooo

(cinta memang) cinta (tak selalu memiliki) tak selalu memiliki
(bukan aku tak mengapa) bila kau pergi woo huuu
namun ku percaya kan ada saatnya

(cinta memang) cinta memang (tak selalu) tak selalu (memiliki) memiliki
(bukan aku tak mengapa bila kau pergi) tak mengapa bila kau pergi
namun ku percaya kan ada saatnya di lain waktu
di lain waktu, bila engkau untukku kita kan bertemu huuu

 Sebuah paduan antar lirik dan lagunya mengantarkanku pada sebuah cerita lama, cerita tentang hati yang belum tersampaikan, cerita tentang patah hati yang disapa oleh angan semu, oleh beberapa senyuman yang hanya bisa disimpan. Namun, semua itu berbuah hikmah dan masih ada dibenak bahwa keyakinan akan hati pasti bertemu dengan hati yang baik untuk membangun cerita.

Leave a comment